SEMARANG || Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah. Apabila dia berhasil, maka dia akan memberikan dampak positif yang besar bagi lingkungan di sekitarnya. Sebaliknya jika gagal, dampak negatif yang ditimbulkan pun tidak sedikit.
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, saat menghadiri Penutupan Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat II, di BPSDMD Jateng, Jumat (3/6/2022). Menurutnya, untuk menjadi seorang pemimpin yang sukses, dia harus bahagia. Bahagia dimaknai dengan tidak adanya tekanan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
“Hindari betul permasalahan-permasalahan yang akan membawa kita ke dalam keterpurukan. Apa itu? Biasanya kalau kita sudah mulai ‘bermain’, tadi disampaikan ada yang memengaruhi di belakang kita, menghakimi, mendikte, kamu harus seperti ini, harus seperti ini, ini semua akan mempengaruhi kinerja kita. Dan kita tidak bisa bahagia,” bebernya.
Gus Yasin, sapaan wagub, berpesan kepada para pejabat eselon II dihadapannya, untuk betul-betul menjaga integritas. Kepercayaan yang sudah diberikan kepada para pemimpin, jangan pernah dikhianati. Bekerja dengan menjunjung tinggi integritas, akan menghindarkan seorang pemimpin dari masalah yang membuatnya tertekan. Dengan begitu, dia akan bekerja dengan bahagia.
“Jaga betul kepercayaan pimpinan-pimpinan kita di daerah kita masing-masing. Saya yakin apabila kita menjaga integritas, kita menjaga bahwa kita bisa mengemban amanat itu, kita akan bekerja senang. Kita bekerja dengan bahagia tanpa beban, dan itulah kunci sukses (yang) membawa perubahan,” pesannya.
Deputi Bidang Penyelenggaraan Pengembangan Kompetensi Lembaga Administrasi Negara, Basseng menambahkan, ada tiga karakteristik yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Karakteristik yang pertama, seorang pemimpin harus mampu menguasai dirinya. Jangan sampai dikuasai oleh pihak lain, terutama pihak yang bertentangan dengan tujuan-tujuan pembangunan.
“Biarkan diri Saudara menjadi pemimpin untuk diri saudara sendiri, dan dengan itu Saudara bisa menentukan, bahwa perubahan yang akan saudara lakukan betul-betul untuk kepentingan masyarakat, kepentingan pemerintah, bukan kepentingan pihak yang menguasai saudara,” tandasnya.
Ditambahkan, karakteristik kedua seorang pemimpin harus bisa bermimpi, berimajinasi, memiliki visi, dan bisa membayangkan kondisi ideal yang lebih baik untuk instansinya ke depan. Karakteristik yang terakhir, seorang pemimpin mampu mempengaruhi orang untuk membantu mencapai mimpinya.
“Bahasa saya kemampuan ‘menyihir’ orang, karena tidak mungkin proyek perubahan Saudara bisa terwujud, apabila Saudara tidak berhasil membangun kata-kata, membangun narasi, berkampanye untuk mendapatkan dukungan dari stakeholder,” tutupnya. *