Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2022 kali ini harus menjadi momentum perbaikan kualitas jurnalisme di tanah air. Di tengah persaingan ketat seiring banjirnya perusahaan media online, jurnalisme di tanah air tidak boleh terjebak pada jurnalisme clickbait.
Pernyataan itu diucapkan Anggota Komisi III DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal dalam keterangan tertulis kepada Parlementaria, Selasa kemarin. “Jurnalisme clickbait hanyalah mengejar viewer tanpa harus memperhatikan kualitas informasi yang disajikan. Bahkan jurnalisme clickbait ini terkadang melakukan glorifikasi informasi dengan menyajikan judul sensasional, tanpa cover both side, sehingga bisa menyesatkan publik,” tegas Cucun.
Cucun menilai, wajar jika di tengah persaingan ketat, perusahaan media berlomba-lomba untuk mendapatkan pembaca, viewer, maupun pendengar terbanyak. Apalagi kehadiran media sosial juga kian membuat sesak pasar informasi yang hadir di tengah publik. Kendati demikian, Cucun menambahkan, harusnya persaingan tersebut dijawab dengan berlomba menyajikan informasi yang valid, aktual, dan seimbang.
“Namun pada faktanya akhir-akhir ini kita dibanjiri dengan informasi yang bombastis yang terkadang tidak sesuai dengan fakta di lapangan dan cenderung menyesatkan. Dalam momentum HPN hal itu tersebut harus menjadi bahan perenungan bagi insan media di tanah air,” kata politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut.
Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI tersebut menegaskan fungsi pers di era demokrasi ini sangat penting dan vital. Pers menjadi media untuk menggambarkan dinamika publik baik terkait perkembangan pembangunan maupun perkembangan peradaban masyarakat. Pentingnya fungsi tersebut harus diimbangi dengan penyajian hasil jurnalistik yang berkualitas sehingga bisa menjaga kepercayaan publik.
“Kami menilai pers mempunyai peran strategis untuk membawa Indonesia dalam dinamika pembangunan yang konstruktif dan berorientasi pada pembangunan manusia seutuhnya. Peran strategis ini pers ini harus kita jaga bersama,” imbuhnya. Lebih lanjut legislator dapil Jawa Barat II ini menegaskan, di tengah banjirnya informasi yang masuk ke ruang publik, pers Indonesia harus menjadi mercusuar yang menjadi panduan bagi masyarakat.
Menurut Cucun, keberadaan media sosial membuat siapa saja bisa menjadi wartawan yang bisa memproduksi berita jenis apapun. Bahkan akun-akun anonim pun terkadang mendapat banyak atensi saat mengabarkan berita atau informasi yang bombastis. “Di sinilah peran pers sebagai mercusuar atau panduan informasi publik. Dengan menyajikan informasi sesuai fakta dan berimbang, maka disinformasi yang mungkin dimunculkan oleh pihak tak bertanggung jawab melalui media sosial akan terbantahkan,” ungkapnya.
Terakhir, terkait dengan kesejahteraan pekerja media, Cucun pun mendesak kepada pemerintah agar terus memperhatikan kesejahteraan pekerja media. Saat ini, menurutnya, kesejahteraan pekerja media masih menjadi pekerjaan rumah (PR) besar karena banyak wartawan yang hidup dengan kesejahteraan ala kadarnya. “Pemerintah bisa bekerjasama dengan perusahaan media merumuskan perlindungan dan jaminan kesejahteraan hidup bagi para pekerja media. Kami yakin jika kesejahteraan pekerja media baik maka kualitas jurnalisme di tanah air juga akan semakin baik,” tutupnya. *