Pencegahan dalam penanggulangan bencana, saat ini menjadi hal yang perlu dilakukan secara rutin dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meminimalisir dampak bencana baik itu korban jiwa maupun materi. Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) terus melakukan sosialisasi dan edukasi terkait penanganan bencana, salah satunya dilakukan di sekolah-sekolah yang berada di lokasi rawan bencana.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, jumlah satuan pendidikan yang berada di wilayah risiko bencana kategori sedang dan tinggi di Indonesia lebih dari 60 ribu sekolah khususnya gempa bumi dan banjir. Sedangkan untuk wilayah rawan longsor, terdapat lebih dari 15 ribu sekolah, dan ini belum termasuk sekolah yang berada di wilayah rawan tsunami dan letusan gunung api.
Hal tersebut ternyata diketahui dan dipahami dengan baik oleh warga Sekolah Menengah Pertama (SMP) Santo Yoseph Jakarta. Tidak hanya itu, mereka juga sadar akan risiko bencana yang ada di lingkungan sekolahnya dengan berinisiatif untuk melakukan sosialisasi mitigasi bencana khususnya gempabumi di lingkungan sekolah yang melibatkan guru-guru dan juga peserta didik. Melalui surat tertulis yang ditujukan kepada Direktur Mitigasi Bencana BNPB, pihak sekolah meminta dukungan untuk mensukseskan kegiatan sosialisasi mitigasi bencana.
Menindaklanjuti surat tersebut, Direktorat Mitigasi mengadakan kegiatan Sosialisasi Mitigasi Kebencanaan terkait Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) pada sekolah tersebut, yang dilaksanakan pada tanggal 8 dan 9 Juni 2022. Kegiatan dilaksanakan dengan melibatkan guru-guru dan peserta didik yang terdiri dari siswa kelas VII dan kelas VIII, dengan jumlah keseluruhan mencapai 117 orang.
Pelaksanaan kegiatan di hari pertama dan hari kedua dengan mekanisme yang sama, yaitu kegiatan diawali dengan materi tentang bencana yang ada di lingkungan sekolah beserta dengan teknik perlindungan diri, kemudian dengan materi Satuan Pendidikan Aman Bencana, penyusunan tim siaga bencana sederhana, dan penentuan jalur evakuasi, lalu kegiatan diakhiri dengan simulasi evakuasi menghadapi bencana gempabumi.
Warga sekolah sangat antusias mengikuti kegiatan ini dan berencana untuk menindaklanjuti dengan simulasi evakuasi mandiri secara berkala, minimal dua kali dalam satu tahun pada saat Hari Kesiapsiagaan Bencana tanggal 26 April dan saat penerimaan murid baru nanti.
Sebagai informasi, BNPB memiliki program SPAB yang merupakan salah satu program rutin dalam rangka meningkatkan mitigasi bencana dan edukasi bagi siswa dan perangkat sekolah yang berada di daerah rawan bencana. Nantinya diharapkan sekolah menjadi sekolah Tangguh bencana dan dapat menyebarluaskan kepada sekolah terdekat, keluarga dan masyarakat di sekitar sekolah untuk lebih memahami dan meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana.*